Monday, October 16, 2017

FENOMENA BETAWI DI KOTA TANGERANG SELATAN



Oleh : Izhar Syafawy
            Betawi merupakan sebuah tradisi kekayaan masyarakat Indonesia yang bertempat tinggal di daerah Jakarta dan sekitarnya yang merupakan sebuah hasil dari akulturasi bangsa cina, arab dan belanda. Masyarakat Betawi tidak hanya sebuah lahir dari kota Jakarta akan tetapi sekitaran pinggiran kota Jakarta seperti, Depok, Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Bekasi, Cikarang masih mempunyai jiwa luhur menjadi orang Betawi karena faktor jarak ke Jakarta tidak terlalu jauh dan menjadikan kontak sosial yang dapat diterima dan menjadi sebuah kebiasaan.
Pada tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu itu. Antropolog Universitas Indonesia, Prof. Dr.  Parsudi Suparlan menyatakan, kesadaran sebagai orang Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu juga belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang Senen, atau orang Rawabelong.
Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda, baru muncul pada tahun 1923, saat Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Baru pada waktu itu pula segenap orang Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.
            Pelestarian kebudayaan adalah sebagai bentuk pertahanan masyarakat terhadap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hak kekayaan yang harus menjadi fokus bersama antara pihak pemeritahan pusat dan daerah, TNI, POLRI dan masyarakat untuk senantiasa merawat tradisi budaya dengan melakukan sebuah inovasi baru yang terus merespon zaman saat ini dengan tidak meninggalkan nilai luhur budaya bangsa.
Betawi di Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan yang berkembang menjadi wilayah tujuan baik sebagai tujuan tempat tinggal maupun sebagai tujuan tempat usaha bagi penduduk daerah lainnya di Indonesia, saat ini memiliki jumlah penduduk sekitar 1.4 juta jiwa. Perkembangan Kota Tangsel sebagai daerah tujuan dibuktikan dengan banyaknya perumahan baik skala kecil, besar, dan menengah. Hampir dipastikan pada setiap tahunnya di saat lebaran, perumahan dan jalan-jalan di Kota Tangsel relatif lengang karena sebagian besar penghuninya mudik untuk berhari raya di kampung halamannya masing-masing
Betawi merupakan salah satu etnis yang menghuni wilayah Kota Tangerang Selatan. Keberadaan etnis Betawi menjadi etnis utama yang memiliki sejarah panjang di Kota yang baru memasuki usia 9 tahun ini. Namun, perlu dipahami bahwa etnis Betawi di Tangerang Selatan (Tangsel) secara kultural memiliki perbedaan dengan etnis Betawi yang kita kenal selama ini. Orang Betawi di Tangsel mengidentifikasi dirinya dengan sebutan ‘betawi ora’ yang berarti Betawi Pinggiran sebagai upaya untuk membedakan kulturnya dengan etnis Betawi pada umumnya yang eksis di wilayah Jakarta.
Betawi Ora, merupakan kelompok orang Betawi yang tinggal jauh diluar wilayah Ommelanden Batavia dulu. Hal ini juga berdasarakan, latar historis wilayah Tangerang yang dulu merupakan batas wilayah antara kesultanan Banten dengan VOC (Batavia). Bahkan kata, Tangerang sendiri memiliki arti “tanda” dalam bahasa Sunda, yang secara harfiah bermakna tanda batas antara dua pemerintahan tersebut. Dengan posisinya itu, orang Batawi Ora ialah mereka yang terpinggirkan baik secara geografis maupun kebudayaan.
Masyarakat Betawi yang berada di pinggiran Jakarta memiliki cara unik untuk terus meneruskan nilai kebetawian di kehidupan keseharian mereka dengan saling menghargai dan menjaga kerukukan. Efektivitas dan produktifitas masyarakat Betawi pinggiran tidak membuatkan mereka untuk meninggalkan warisan nenek moyang.
Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralism, Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang
Bukti Nyata Tangsel untuk Betawi
Memasuki wilayah Tangerang selatan seperti memasuki perkampungan Betawi nyata bukan dalam bentuk replika. Unsur kebetawian melekat di Tangsel seperti rumah blandongan yang menjadi rumah khas masyarakat Betawi dijadikan sebagai logo Kota Tangsel. Perlu kita pahami bahwa logo adalah bentuk simbolisasi setiap intansi untuk memberikan nuansa filosofis dari hasil setiap logo.
Tangsel menjadi kota penyangga Jakarta, khususnya sebagai daerah pemukiman. Kini eksistensi blandongan semakin menyusut, bahkan hampir punah. Maka dari itu nilai dari blandongan yang menjadikan ciri khas rumah orang Betawi ditumbulkan, diperkenalkan kembali dan di pertahakan oleh Tangsel melalui dari adanya blandongan di logo Tangsel.
Tidak hanya dari logo, Tangselpun sangat konsen membuat infrastruktur dengan bernuansa kebetawian seperti disetiap kantor pemerintahan kota sampai kekantor kecamatan dan kelurahan. Hal ini memberikan kesan yang mendalam ketika datang ke Tangsel mindest yang melekat pertama kali adalah nuasa Betawi. Bahkan nuansa Betawi juga tidak lepas dari gapura – gapura disetiap gang yang ada dengan memasukan gaya unsur belandongan. Masih banyak kemajuan budaya Betawi di Tangsel terutama dari segi Sumber Daya Manusia (SDA). 
Dalam hal ini Tangsel sangat konsen dalam perkembangan, pelestarian, pengawasan terhadap budaya Betawi di wilayah Tangsel. Berbagai macam festival kebetawian sampai acara Lebaran Betawi Tangsel itu pun menjadikan sebuah ajang meet up tentang kebetawian yang mungkin sudah mulai luntur dan merefresh kembali nilai-nilai kebetawian.
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Maka dari itu sanggar pelatihan kesenian Betawi pun banyak bertebaran di Tangsel, hal ini menunjukan sebagai Pendidikan pada usia sekolah dengan mengembangkan segi motorik anak dalam belajar budaya Betawi seperti silat, lenong, dll.
Kuliner masakan Betawi pun menjadi sorotan yang sangat penting karena banyaknya rumah makan masakan Betawi di pinggir jalan yang sangat mudah bisa kita dapatkan di daerah Tangsel. Dengan membuka usaha apapun yang keterkaitan dengan budaya Betawi dapat menguntungkan beberapa faktor.
Keseriusan Tangsel pun dalam terus membuat eksistensi budaya aslinya tetap dijalankan dengan membuat sebuah perubahan dan inovasi terbaru dalam hal ini disaat perubahan julukan duta untuk Tangsel dari “Kang Nong” menjadi “Abang Nona” oleh karena itu sang duta harus bertanggung jawab dalam memahami filosofis dari Tangsel itu apa? Sebagai apa? Dan Bagaimana?, serta mempertahankan nilai kebetawian. Maka dari itu muncullah sebuah keserasian mindset dalam hal memahami hakikat dari kota Tangsel itu.
            Hasil usaha Tangsel dalam konsen mengembangkan budaya aslinya perlu patut di apresiasi oleh masyarakat dan pemerintah. Budaya lah yang menjadikan kita sebuah makhluk bersosial yang menimbulkan sebuah aturan dan kaidah-kaidah, dengan memahami hakikat makna dari sebuah pelestarian sebuah kebudayaan menimbulkan sebuah kekuatan berbagai faktor yang terjadi di setiap daerah.
Harus kuat Betawi di Tangsel.
            Perlu adanya sebuah pelestarian tindak lanjut tingkat yang lebih tinggi untuk suku Betawi di Tangsel, sebagai masyarakat Betawi pinggir harus mampu menjadi garda terdepan dengan menjadikan sebuah suku Betawi dan Tangsel sebagai marwah kebangkitan potensi negara. Pertahanan Budaya menjadi dasar pertahanan negara.
R .Linton (1947) dalam bukunya "The cultural background of personality" mengatakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil-hasil dari tingkah laku, yang unsur-unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu. Maka melestarikan berarti memelihara untuk waktu yang sangat lama. Upaya pelestarian berarti upaya memelihara warisan  budaya untuk waktu yang sangat lama. Oleh karena itu perlu dikembangkan upaya pelestarian sebagai upaya yang berkelanjutan (suistainable).
Perlu didasari bahwa manusia sebagai pribadi, masyarakat, bangsa dan negara hidup dalam suatu sosial budaya. Maka membutuhkan pewarisan dan pengambangan sosial budaya yang dilakkan melalui pendidikan. Agar pendidikan berjalan dengan baik. Maka membutuhkan filosofis dan ilmiah berbagai sifat normatif dan pedoman pelaksanaannya. Karena pendidikan harus secara fungsamental yang berazas filosofis yang menjamin tujuan untuk meningkatkan perkembangan sosial budaya, marbtabat bangsawa, kewibawaan dan kejayaan negara.
Pentingnya kebudayaan untuk mengembangkan suatu pendidikan dalam budaya nasional mengupayakan, melestarikan dan mengembangkan nilai budaya-budaya dan pranata sosial dalam menunjang proses pengembangan dan pembangunan nasional serta melestarikan nilai-nilai luruh budaya bangsa. Merencanakan kegairahan masyarakat untuk menumbuhkan kreaktivtas ke arah pembaharuan dalam usaha pendidikan yang tanpa kepribadian bangsa.
Tidak akan nada yang indah selain kata bersyukur untuk selalu menjaga dan mengembangkannya. Zaman teruslah bergerak, budaya Betawi sebagai budaya milik Indonesia tetap di lestarikan. 

Bangga Menjadi Betawi.
Betawi Maju, Indonesia Jaya.

Dirgahayu yang Ke 9 Kota Tangerang Selatan

2008 -2017

Saturday, March 11, 2017

Islam dan Betawi


Tulisan ini adalah sebuah coretan iseng yang dilakukan oleh penulis, jika ada yang kurang pas dihati pembaca bisa kita sharing demi lebih baiknya tulisan ini. selamat membaca.



            Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT  kepada Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman. Secara harfiah islam berarti damai, maka dari itu islam merupakan agama yang mengedepankan kedamaian atau kebaikan bersama karena islam merupakan agama yang rahmatan lil-alamin yang berarti selalu memberikan kepada seluruh yang ada di bumi ini.
            Hadirnya islam di dunia ini sudah terjadi sebelum adanya manusia di bumi ini yaitu Nabi Adam AS, bentuk ketaatan beliau kepada Allah SWT merupakan wujud yang perlu di imani oleh umat islam tanpa di ubah dengan logika. Akan tetapi hadirnya Nabi Muhammad SAW di muka bumi ini sebagai akhir nabi dari 25 nabi yang dipercaya oleh umat islam tidak ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad SAW.
            Hadirnya Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlak yang terjadi dimuka bumi ini melalui wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada malaikat Jibril untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam diseluruh dunia dan pedoman hidup umat islam hingga akhir zaman.
            Perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam meluaskan ekspansi besar-besaran untuk memperluas wilayah Daarul Islam sangat menarik perhatian cendikiawan muslim demi mengetahui secara eksplisit efek positif yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Pelabaran wilayah islam merupakan masa kejayaan umat islam yang lalu di teruskan oleh Khulafa ur Rasyidun, Bani Umayah, Bani Abbasiyah dan tiga kerajaan besar islam.
            Penyebaran agama islam yang dipelopori oleh Nabi Muhammad SAW dan diteruskan oleh pengikutnya dan umatnya sukses hingga mendapat tempat di setiap negara seluruh dunia diantaranya wilayah Asia Tengah, Asia Timur dan Afrika Utara. Perjuangan yang terus diperjuangkan dengan sejarah yang berhasil merubah kehidupan di dunia ini.
            Wilayah Asia Tenggara salah satunya Indonesia yang menjadi negara dengan umat islam terbesar di dunia mengalahkan wilayah Jazirah Arab. Ada 3 Teori yang menentukan masuknya islam di Indonesia akan tetapi dari semua teori tersebut masuknya islam di Indonesia melalui jalur perdagangan, karena jalur perdagangan adalah jalur yang sangat disenangkan oleh budaya arab yang senang berdagang.
            Hasil dari jalur perdagangan, pedagang yang datang dari arab melakukan perkawinan dengan masyarakat pribumi Indonesia dan melakukan islamisasi terhadap masyarakat pribumi yang dilakukan terus menerus, maka dari itu budaya islam di Indonesia tidak akan lepas dari budaya islam yang ada di wilayah Jazirah Arab maka dari itu budaya arab dan budaya Indonesia banyak mengalami akulturasi.
Betawi merupakan budaya hasil akulturasi dari berbagai budaya salah satunya budaya arab. Betawi dengan islam sangatlah erat hubungannya bagaikan darah dan nadi yang tidak bisa dilepaskan. Islam dan Betawi banyak meberikan sebuah nuansa kehidupan yang dapat merubah cara kehidupan umat islam terutama warga Batavia.
Betawi bukan berasal dari bahasa Arab. Namun, Betawi dalam pengertian Jakarta, memang terkait dengan Islam secara historis. Dulu, ketika pelabuhan Sunda Kelapa dijajah oleh Portugis, ada seorang ulama yang sadar dan mewarisi kepemimpinan Rasulullah SAW di bidang militer dan pemerintahan. Namanya Fatahillah. Ia mengumpulkan dan melatih pemuda-pemuda Islam di Cirebon.
Setelah itu, mereka ke Sunda Kelapa dan menyerang penjajah Portugis. Melalui perjuangan dengan penuh kesungguhan penjajah Portugis kalah. Setelah Sunda Kelapa berhasil direbut, didirikanlah sebuah kota yang namanya berasal dari Al-Qur’an. Umat Islam lah yang merebut Jakarta dengan darah dan senjata. Fatahillah yang pertama kali mendirikan Jakarta. Waktu itu, Islam sangat berpengaruh hingga meresap ke dalam kebudayaan Jakarta.
            Pangeran Jayakarta adalah putra Ratu Bagus Angke, juga bangsawan asal Banten. Ratu Bagus Angke alias Pangeran Hasanuddin adalah menantu Fatahillah atau Falatehan yang konon menantu Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, peletak dasar Kesultanan Cirebon dan Banten.
Pangeran Jayakarta mewarisi kekuasaan atas Jayakerta dari Ratu Bagus Angke, yang sebelumnya memperoleh kekuasaan itu dari Fatahillah, yang memutuskan pulang ke Banten (Banten Lama sekarang) setelah berhasil merebut pelabuhan itu dari Kerajaan Pajajaran pada pertengahan Februari 1527.
Pangeran Jayakarta-lah dengan keturunan wali songo (wali sembilan) yang diakui wali-yu-allah dengan melakukan kehidupan sehari-harinya dengan ajaran islam dan kebiasaan pribumi. Perjuangan menebar kebaikan untuk merubah umat islam khusunya di Jakarta tidak hanya berhenti pada Pangeran Jakarta akan tetapi banyaknya masyarakat asli pribumi Jakarta yang menuntut ilmu di Jazirah Arab.
Dengan banyaknya yang belajar kesana dan mempelajari kebudayaan arab maka dapat lebih menyempurnakan peradaban umat islam khususnya di Jakarta dan sekitarnya hingga saat ini sekarang dan juga banyak melakukan perkawinan dengan orang sana. Maka dari itu banyak wajah masyarakat betawi yang keturunan arab.
Peradaban, Ilmu Agama dan Kebudayaan yang banyak dipelajari oleh orang betawi yang belajar ke daerah Jazirah Arab banyak nama anak, cucu masyarakat betawi yang memadukan dengan bahasa arab yang diakui bahwa bahasa arab adalah bahasa Al – Qur’an seperti: Abdullah, Syafi’i, Abdul, Jamilah, Salamah, dll.
Begitu indah kehidupan masyarakat Indonesia yang sudah bertahun – tahun lalu menebarkan bukti keharmonisan dalam bersosilasasi terhadap satu sama lain yang dilengkapi atau dipatenkan melalui adanya Pancasila yang menjadi sumber segala sumber bernegara, bermasyarakat yang baik untuk warga Indonesia dengan tidak menghilangkan nilai-nilai luhur yang lama akan tetapi harus merespon mempersiapkan segala kesiapan menghadapi waktu yang terus berputar.



Oleh : Izhar Syafawy
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Tata Negara

Sunday, January 1, 2017

KEARIFAN LOKAL BUDAYA BETAWI

                Betawi merupakan suku yang berasal dari Ibu Kota negara Indonesia, akan tetapi teritorial Betawi tidak hanya di Jakarta melainkan Bekasi, Tangerang, Depok, Bogor, Cikarang dan Karawang. Sebab dari itu berbagai macam perbedaan gaya dan lakon Masyarakat Betawi di setiap daerah berbeda-beda.
Betawi merupakan suku atas akulturasi beberapa bangsa seperti Cina, Arab dan Portugis, oleh karena dengan adanya perpaduan budaya bangsa tersebut diterima dan dilakukan secara terus menerus oleh primbumi dengan perpaduan setiap bangsa tersebut, Maka dari itu muncullah sebuah ciri khas Masyarakat Betawi atas akulturasi tersebut.
Berbagai macam kearifan lokal Masyarakat Betawi di setiap daerah memilki ketaatan masing – masing, akan tetapi perbedaan antara itu tidak membuat kesatuan Betawi hancur dan hilang justru menjadi sebuah keindahan, persatuan, kekeluargaan, dll antar sesama Masyarakat Betawi.
Muhammad Husni Thamrin seorang pejuang dari tanah Betawi yang berhasil mempersatukan pemuda Betawi dan mentanda tangani peristiwa sumpah pemuda kala itu. Perjuangan beliau merupakan sebuah bukti kekuatan, kekeluargaan, kehormatan Masyakat Betawi menjadi sebuah percontohan bagi pejuang dan penerus bangsa ini.
Masyarakat Betawi yang terkenal dengan kegigihannya menuntut ilmu agama hingga sampai negeri Arab sana. Menjadikan Masyakat Betawi penyebar syiar islam, bahkan orang betawi ialah harus islam karena islam dan betawi merupakan satu kesatuan bagaikan darah dan urat yang tidak boleh di tinggalkan sampai kapanpun.
Masyarakat Betawi yang terkenal juga kekuatannya dalam ilmu beladiri, menjadikan sebuah ciri khas Masyarakat Betawi, tokoh Pitung merupakan teladan bagi Masyarakat Betawi dalam menekunin bidang ilmu beladiri, akan tetapi ilmu beladiri dilengkapi kepandaian dalam mengaji merupakan sebuah kelengkapan pasangan yang terus di jaga oleh penerus bangsa Betawi khususnya.
Beladiri dan Islam merupakan sebuah perbedaan yang sangat amat jauh, oleh karenanya kedua hal itu adalah sebagai bentuk pondasi kecintaan kita terhadap Betawi, akan tetapi pada era Betawi zaman ini Masyakarat harus mengerti dalam bidang apapun agar terpihakan untuk betawi dan islam menjadi milik kita bersama.
Menurut sejarah bahwa asal muasal Betawi berasal dari kemenangan Kerajaan Fatahillah merebut kekuasaan Bangsa Portugis di daerah sunda kelapa atas kemenangan itu Kerajaan Fatahillah menamakan Batavia dan dilanjutkan perjuagan dari sejarah kerajaan Tarumanegara yang memiliki jejak sejarah Betawi di Sunda kelapa dan meyebar luas sekitarnya.
Sunda kelapa terletak di Jakarta, maka dari itu Masyarakat Betawi lebih mendominasi di daerah Jakarta bebeda di daerah sekitaran Jakarta. Perubahan faktor sosial banyak terjadi di Jakarta dengan sentuhan khas Masyarakat  asli Jakarta yaitu Betawi. Akan tetapi arus globilasasi yang terjadi era 2000-an yang banyak merubah tingkah laku atau faktor social Masyarakat Betawi khususnya yang berada di Jakarta.

Jakarta merupakan barometer Indonesia, segala sesuatu akan terjadi di Jakarta dari masalah politik, pemerintahan, perekonomian, dll. Pertarungan arus globilasasi yang dialami saat ini merupakan sebuah pertarungan pelestarian keaslian bangsa Indonesia khususnya DKI Jakarta yaitu Betawi. Jutaan manusia berdatangan ke Jakarta mengadu nasib dengan pertarungan arus globilasisai.
Lahirnya Perda No. 4 Tahun 2015 dan Pergub DKI Jakarta tentang pelestarian Budaya Betawi adalah bentuk kebanggaan Masyarakat Betawi sebagai tanda penghormatan kepada budaya betawi yang telah di lestarikan oleh orang tua dan sebagai bentuk legal budaya yang harus dilestarikan untuk semua Masyarakat yang berada di Jakarta demi terciptanya kekuatan budaya.
Kearifan lokal Di Jakarta yang sudah banyak terpinggirkan dengan masuknya budaya dari luar Indonesia yang mudah mempengaruhi penurus bangsa ini. Kekuatan dasar bangsa dan sebagai ciri khas setiap bangsa adalah menjaga kearifan lokal yang tidak boleh di lengserkan. Jakarta merupakan pusat munculnya dan mudahnya masuk budaya luar.
Gejala sosial yang terjadi di Jakarta sangat terasa dampaknya bagi Masyarakat asli Betawi di Jakarta khususnya. Pelestarian kebudayaan Betawi harus tetap di lestarikan walaupun pertarungan zaman bukanlah melawan secara fisik melainkan melawan dengan keaktifan, kecerdesan, paham teknologi dll dengan merawat tradisi budaya betawi dan merespon medodernisasi yang tidak boleh diabaikan.

Monday, September 19, 2016

Kuliah dan Organisasi Kemahasiswaan



 Hanya Sebuah Opini
Oleh : Izhar Syafawy (Ijal)
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Hukum Tata Negara

          Kuliah adalah sebutan akrab untuk para peserta didik tingkat tinggi atau yang sering disebut sebagai mahasiswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kuliah merupakan jenjang paling tinggi dalam menempuh ilmu dengan memperoleh sebuah penghargaan sebuah gelar sarjana, akan tetapi sebagian mahasiswa banyak yang tidak mampu untuk menyelesaikan kuliah di kampus karena berbagai macam alasan.
          Sebagian mahasiswa banyak yang memperlihatkan atas prestasi mereka sebagai mahasiswa, akan tetapi ada pula sebagian mahasiswa hanya memamerkan identitas mereka sebagai mahasiswa tanpa mengenal dosa menjadi mahasiswa jika kalau ada. Oleh karena itu dinamika menjadi mahasiswa tidak seindah ketika sekolah masih menjadi siswa biasa bukan maha atas kesiswaanya.
          Peristiwa mahasiswa pada masa transisi dari era orde lama ke era orde baru atau reformasi untuk membantu menyelesaikan permasalahan bangsa dan rakyat Indonesia membuktikan bahwa perhimpunan mahasiswa untuk saling bergerak berjuang bersama berhasil dikabulkan dengan melalui kegiatan aksi atau demo yang didasari atas kemaslahatan bangsa Indonesia bukan kepentingan pribadi.
http://blogs.unpad.ac.id/donimandarta/files/2011/12/organisasi-new.jpg

          Adanya Peristiwa itu adalah sebuah cerminan untuk setiap mahasiswa untuk dapat menorehkan dirinya dalam mengabdi untuk negri, bermanfaat untuk negri, berhimpun bergerak berjuang bersama karena rakyat. Setiap langkah mahasiswa adalah harapan kemajuan bangsa untuk meneruskan perjuangan pejuang – pejuang bangsa yang telah memerdekakan bangsa dari penjajah, yang telah membangun untuk negri dan lain sebagainya.
          Tingkah perbuatan mahasiswa tidak hanya dilandasi di ruang kelas dengan diberikan materi oleh dosen terus pulang. Akan tetapi peran penting organisasi kemahasiswaan bisa menjadi sebuah wadah untuk mahasiswa untuk dapat berproses terbentuk jiwa kepemimpinan dan bekerja sama antar sesama anggota dalam melakukan sebuah kegiatan.
          Melalui proses berorganisasi dapat membuat mahasiswa tangguh dan siap menghadapi tantangan perubahan siklus sebuah bangsa. Penulis yakin setiap yang memimpin bangsa ini atau pemerintah tiak lepas dari peran mereka dalam beroganisasi dan kuliah yang tetesan keringatnya selalu basah dalam benak bahan bajunya.
          Terbentuknya kedewasaan setiap mahasiswa adalah menjadi tanggung jawab mereka dalam mendewasakan dirinya dengan memahami dinamika kehidupan dan menjadi seorang mahasiswa yang dilengkapi dengan aktivis organisasi. Setiap aktivis keorganisasian perannya dalam organisasinya sangat di perlukan dan di lengkapi dengan peran mereka ketika di dalam kelas.
          Keseimbangan dalam hidup harus diperhatikan tidak diinginkan hanya berpihak dalam satu sisi dalam hidup agar terciptanya insan yang berguna dalam hidup, keluarga, negara dan agama. Maka dari itu mahasiswa dan keorganisaan kemahasiswaan menjadi darah mendaging dalam setiap benaknya yang tidak bisa dikhianati hanya satu sisi saja.